Aku adalah seorang remaja laki-laki yang baru lulus sma. Setelah lulus aku memilih bekerja dari pada melanjut keperguruan tinggi, bukan aku tak ingin, tapi kondisi keluargaku yang membuatku memutuskan untuk tidak melanjut keperguruan tinggi. Walaupun orang tuaku memaksaku untuk melanjutkan pendidikanku, tapi aku tetap tidak mau, aku tak mau lagi memberatkan beban yang ditanggung oleh orang tuaku. Dan akhirnya aku merantau demi mencari rezeki dan ilmu untuk menempah diri agar memiliki pribadi yang lebih baik lagi. Dan aku yakin aku pasti akan meraih kesuksesan disuatu saat nanti.
Aku adalah anak manja, yang sebelumnya belum pernah bekerja dan tidak tahu tentang kerasnya hidup ini. Aku yang biasanya selalu meminta, kini pergi merantau seoarang diri, meninggalkan keluarga karena ingin mencoba hidup mandiri. Dan sampainya aku diperantauan, aku bekerja menjadi seorang kuli di pasar pagi yang berpindah lokasi di setiap hari.
Karena ini adalah pasar pagi, aku harus bangun pada pukul 03:45 dini hari dan langsung bergegas mandi dan mempersiapkan diri. kemudian aku dan bossku berangkat menggunakan mobil angkut barang untuk menuju lokasi. Dan sampainya kami di lokasi sekitar jam 05:00 pagi.
Setelah sampai, tanpa basa-basi kami langsung mengeluarkan peralatan dan perlengkapan untuk membuat tempat berdagang kami ini. Dimulai dari alas, tenda, tali dan besi. Setelah tempat sudah selesai kamipun menurunkan dan merapikan barang dagangan kami yaitu baju laki-laki. Di hari pertama aku hanya memperhatikan dan melakukan perkerjaan kecil yang tak berarti. Sekilas mudah bagiku ketika melihat pertama kali, seperti memasang tenda, memukul paku pacak dengan palu besi, mengangkat besi besi padat yang panjang nan berat dan juga barang dagangan yang ternyata lumayan berat bagiku kala itu. Ketika kulakukan untuk pertama kali, ternyata sungguh berat pekerjaan ini. Mungkin ini perkenalan yang tak akan kulupakan tentang pertama kali aku bekerja. Awalnya aku pikir ini bakalan mudah, tapi nyatanya ini lebih lelah dari pada mengerjakan tugas sekolah dimalam hari, lebih sulit dari pada ujian matematika dan akuntansi, dan lebih menguras tenaga dari pada bermain futsal dan juga lomba lari.
Haripun silih berganti. Ternyata butuh daya ekstra untuk melakukan ini. Entah pekerjaannya yang berat atau memang dasar begitu lemahnya diriku ini. Aku selalu di marahi setiap hari, dan aku sadar itu karena kelahanku sendiri. Tapi aku tak mau terus begini, karena aku yakin bahwa aku bisa melakukannya dan bisa melampaui diriku yang lemah ini. Matahari terus terbit dan terbenam dilangit indah ini. Akupun mulai terbiasa dengan pekerjaan ini, sedikit demi sedikit tentang cara kerja ini mulai kupahami. Ternyata butuh tekhnik juga untuk meminimalisir keluarnya energi, ya walaupun kadang harus seluruh kemampuanku juga harus kuberi.
Walau sudah mulai terbiasa tapi aku belum benar-benar bekerja dengan, karena cara kerjaku belum biasa membuat sang boss merasa berpuas hati, itu terlihat dari sikap dan tatapan matanya yang sinis terhadapku. Aku aku tak ingin dibenci oleh orang lain, aku ingin menjadi lebih baik lagi, karena ini adalah kerja yang mengandalkan fisik, daya tahan dan juga kekuatan dari tanganku sendiri, aku harus melatih diriku agar bisa lebih kuat lagi dan membuat orang lain senang akan cara kerjaku ini.
Untuk menjadi kuat aku harus melatih otot-otot tubuhku ini. Tapi apa daya ketika kulihat tubuhku dicermin, sungguh tercengang aku melihat tulang-tulang rusukku yang menonjol menyerupai senar gitar musik harmoni. Dilanjutkan dengan lengan kurus yang menggantung bagaikan selang pengisi bahan bakar kendaraan bersubsidi. Aku tertawa dengan wajah yang putus asa untuk menghibur diri.
Hari-hari berikutnya tak sengaja aku mendapatkan motivasi dari sebuah tontonan anime serial tv. Anime ini menceritakan seorang pahlawan yang mempunyai kekuatan yang sangat tidak tertandingi, tapi yang anehnya dia mendapatkannya hanya dari latihan fisik biasa sepeti push-up 100 kali, shit-up 100 kali, skuats 100 kali dan lari 10 km yang dia lakukan setiap hari. Dan disaat dia mengatakan sesuatu hal yang sederhana namun penuh makna yang membuat hatiku bangkit dan penuh percaya diri. Dan kalimat indah itu berbunyi seperti ini "tak perduli sesulit apapun itu, aku akan tetap melakukannya hingga aku bisa sekuat ini" dan "manusia itu kuat karena dia mampu merubah dirinya sendiri".
Walaupun ini hanyalah anime dan ceritanya juga hanya fiktif belaka yang tak pernah terjadi di dunia nyata, tapi aku tetap menanamkan perkataannya itu didalam jiwa dan hatiku ini. Untuk melatih tubuhku agar bisa lebih kuat yang tujuannya untuk bekerja lebih baik lagi, akupun mulai mencari tutorial-tutorial yang ada di internet tentang melatih fisikku ini. Dan ternyata kebanyakan dari artikel yang ada di internet sama dengan apa yang dilakukan oleh tokoh anime yang memotivasiku tadi.
Alhasil akupun menerapkan latihan yang dikatakan tokoh anime tadi. tapi tidak dengan lari 10 km, ini dikarenakan akan memakan banyak waktu bagiku nanti. Namun, semuanya tidak berjalan dengan baik. Bahkan aku menganggap ini sama saja dengan bunuh diri, aku yang lamah ini terasa mau mati ketika hanya bisa melakukan setiap latihannya sebanyak 10 kali. Ketika aku mulai frustasi, aku kembali mengingat apa yang dikatakan sang tokoh anime tadi. Sesulit apapun itu aku harus melakukannya.
Aku melakukan latihan ini setiap hari, bahkan sampai 3 kali sehari. Tekadku untuk berubah semakin berapi-api, aku sudah mulai biasa dengan latihan ini, dan setiap latihan aku selalu menambahkan 1-2 kali lebih banyak. Tak terasa satu bulan melakukannya aku sudah bisa melakukan setiap latihan itu diatas 50 kali, walaupun banyak orang yang bisa melakukan lebih dari ini, tapi aku tidak peduli, aku bangga dengan apa yang kucapai karena aku telah melampaui diriku sendiri. Dan alhasil tubuhku mulai mengalami perubahan, seperti otot yang sudah mulai terbentuk walau cuma sebatas lekukan yang sedikit menonjol dan tubuhku yang sedikit lebih berisi. Kinerja kerjaku juga sudah meningkat walaupun belum baik sekali.
Walaupun aku sudah terbiasa dengan kerja ini, tapi aku semakin tidak tahan untuk tinggal diperantauan ini. Tak terasa sudah 3 bulan aku merasakan kerasnya hidup diperantauan ini. Keras dalam arti bukan hanya karena pekerjaannya yang berat, karena kerja berat hanya 20% dari perantaun ini. Keras yang aku maksud adalah segala hal yang aku lakukan hanya dengan seorang diri, bertahan dengan segala sitauasi, kondisi dan masalah yang selalu datang menghampairi. Tiada teman untuk berbagi cerita sedih, saling membantu dan menyemangati, dan menahan rindu yang tak bisa ditahankan lagi, ditambah lagi omongan-omongan pedas dari mulut-mulut mereka yang membuat sakit hati dan hanya bisa aku pendam sendiri.
Tapi, merantau ini sudahlah keputusanku. Sesakit apapun itu aku harus bisa menahannya, aku harus bisa bersabar dan ikhlas menghadapinya. Dan dari semua yang sudah aku rasakan, aku mulai memahami arti dari hidup ini. Satu hal penting yang telah aku dapatkan untuk bisa bertahan diperantauan ini, bahwa setiap hal yang aku kerjakan ataupun prilaku lingkungan terhadapku, aku hanya perlu memahami lalu membiasakan diri dan menghadapinya sendiri.